Hai, sahabat CORETAN yang dikasihi Tuhan. Pada kali ini, saya akan menulis suatu pengalaman yang mau penulis bagikan.
Sebelum masuk ke dalam pengalaman penulis, penulis mau membagikan suatu kisah ya... tepatnya pada saat 31 Desember 2015. Dimana waktu itu saya mau ibadah penutupan tahun di salah satu gereja. Dalam perjalanan mengendarai motor saya melihat sinar matahari senja yang sangat indah. Dan dalam hati penulis berbicara:
"Wow... indah sekali matahari senja pada hari ini mungkin berkat Tuhan akan saya nikmati di tahun 2016."
Dan ternyata apa yang penulis "ramalkan" ternyata terjadi.
Langsung pada ceritanya saja ya....he...he...he....
Pada awal puasa tanggal 06-06-2016 (wah angka cantik ya....), penulis mendapatkan berkat bahwa nenek/opung (dalam bahasa Batak) mengalami sakit. Beliau sakit karena faktor umur. Dan akhirnya dirawat di salah satu rumah sakit daerah Cilegon.
Pada saat nenek/opung sakit kami sekeluarga membagi tugas jaga. Dan penulis mendapat tugas malam. Dalam menjaga nenek/opung saya berinisiatif membawa laptop dan headshet dari tempat usaha dengan tujuan membuat nenek/opung tidak bosan. Beliau sangat menyukai lagu-lagu daerah khususnya rohani. Sambil nenek/opung mendengarkan lagu-lagu daerah penulis iseng cari objek untuk difoto..... he...he dan ini beberapa foto isengnya:
Nenek/opung dirawat tidak lama, karena beliau tidak suka kalau dirawat di rumah sakit. Akhirnya keluarga sepakat untuk rawat jalan.
Dalam benak penulis, wah akhirnya bisa bernafas lega karena opung/nenek sudah sehat.
Berkat Tuhan datang lagi, penulis mendapat kabar paman/Amangboru mengalami serangan jantung dan dirawat di rumah sakit di Jakarta. Akhirnya kami sekeluarga sepakat untuk menjenguk sebentar ke Jakarta dan opung/nenek yang dirawat oleh tante di rumah.
Dalam perjalanan pergi semua berjalan dengan baik. Dan bisa bertemu dengan paman/Amangboru dalam kondisi stabil. Akhirnya kami berdoa untuk kesembuhan paman/Amangboru dan pamit pulang. Pada saat pulang kebetulan jam berbuka. Jalan di Jakarta macet. Seperti biasa penulis melihat GPS untuk melihat rute jalan.
Waduh semua macet total. Akhirnya penulis mencari jalan alternatif dan GPS menunjukkan jalan. Bapak penulis menyarankan untuk menggunakan jalan biasa karena lebih menguasai dibandingkan jalan alternatif. Karena macet yang sangat parah maka penulis memutuskan mengikuti GPS untuk menemukan jalan tercepat. Selama perjalanan penulis mendapat bapak bersungut-sungut. Karena jalan yang diikuti penulis tidak dikenal oleh bapak penulis. Dalam benak penulis: "Ya namanya juga orang tua maklum saja memarahi. Pasti GPS ini tidak pernah kasih jalan yang keliru." (Sambil menyetir tetap berdoa dan percaya pasti ada jalan keluar, yang penting tetap tenang walau sungutan).
Sampai pada suatu ketika penulis tidak kuat mendengar sungutan. Dan dengan suara meninggi penulis katakan :
"Kalau tidak mau silahkan keluar dari mobil dan cari kendaraan lain."
Tapi dalam hati kecil penulis menyesal sudah berkata seperti itu dan berdoa dalam hati:
"Ampuni hamba dan keluarga hamba. Karena tidak sabar dan tidak percaya."
Akhirnya GPS menunjukkan pintu tol ke arah Tanggerang. Di sana penulis dalam hati mengucap syukur. Selama perjalan di jalan tol sudah tidak ada lagi hinaan dan cacian. Dan tiba ke rumah dengan selamat pukul 21:30.
Meskipun disertai cacian dan hinaan, penulis bersyukur bisa tiba dengan selamat. Dan seandainya penulis tidak mengikuti jalan alternatif mungkin tiba di rumah 24:00. Macet banget jalanan di kota Jakarta.
Apa hikmat dari kisah ini? PERCAYA ITU APA?
Pembaca sendiri yang bisa gambarkan. TUHAN MEMBERKATI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar