Selasa, 14 Februari 2012

CINTA SUCI KAISAR HIROHITO


Menurut catatan legenda sejarah Jepang, almarhum Kaisar Hirohito adalah kaisar ke-124 bangsa itu. Ia memegang tampuk pemerintahan tertinggi di Jepang sejak tahun 1921. Di masa pemerintahannya yang cukup panjang itu, ada banyak sekali peristiwa terjadi, antara lain Perang Dunia II yang menghancurkan Jepang. Tetapi yang menarik dari kehidupan sang Kaisar adalah kehidupan rumah-tangganya.

Bulan juni 1919, istana mengumumkan bahwa calon istri Hirohito adalah Nagako, yang berasal dari keluarga bangsawan Pangeran Kuniyoshi. Lima tahun kemudian yaitu pada tahun 1924, mereka menikah dengan segala kemeriahan dan kemegahan. Dengan perkawinan itu diharapkan kelangsungan garis kekaisaran dapat terus berlanjut melalui anak laki-laki pewaris tahta kelak.

Dalam tradisi Jepang, sejak zaman Meiji, kaum wanita tidak diperkenankan menjabat sebagai pemimpin pemerintahan, jadi semua lapisan masyarakat sangat menginginkan adanya seorang putra mahkota Jepang dari pernikahan Kaisar Hirohito dan Ratu Nagako. Namun Ratu Nagako justru empat kali berturut-turut melahirkan anak perempuan. Anak kedua bahkan sakit-sakitan dan meninggal waktu masih bayi. Para pejabat istana mulai prihatin apakah Jepang akan mendapatkan seorang putra mahkota?

Menurut tradisi Jepang, yang penting adalah sang bapak, siapa ibunya tidak terlalu dipersoalkan, apakah permaisuri atau selir, asal dapat memberi keturunan anak laki-laki. Karena itu dimulai serentetan usaha untuk membujuk Kaisar Hirohito mengambil selir, bahkan Kepala Rumah Tangga Istana memberikan beberapa foto wanita yang dianggap cocok sebagai selir kaisar. Berkali-kali istana mengadakan pesta yang khusus mengundang wanita dengan harapan mungkin ada yang dapat merayu kaisar. Tetapi semua usaha itu sama sekali tidak ditanggapi kaisar. Kaisar Hirohito tetap setia kepada ratunya. Ia berkata bahwa ia sama sekali tidak ingin menodai kesucian perkawinan mereka. Sekali ia sudah memilih Ratu Nagako sebagai istrinya, ia akan tetap setia kepadanya. Bahkan Kaisar Hirohito menegaskan, apabila ia tetap tidak mempunyai anak laki-laki, saudaranya pangeran Chichibu bisa saja dinobatkan sebagai kaisar. Dengan keteguhan hati seperti itu, Kaisar Hirohito menolak setiap bujukan untuk mengambil selir.

Akhirnya kesetian itu membawa buah menggembirakan. Sang ratu melahirkan anaknya yang kelima, seorang putra, yang bernama Akihito.

Kesetiaan Kaisar Hirohito memang sungguh mengagumkan. Sebagai seorang yang dianggap “dewa” oleh rakyatnya, ia dapat saja mengambil selir sebanyaknya. Tetapi sikap setia dalam pernikahan ini sungguh amat terpuji. Karenanya orang-orang yang percaya kepada Kristus harus lebih terpanggil untuk mengasihi dan selalu setia terhadap pasangan hidupnya.
Dikutip dari buku Embun Surgawi, Pdt. Ishak Sugianto
 
I Korintus 13:4-7
 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

5 komentar:

  1. Selamat Siang
    Saya mahasiswa fotografi sedang melakukan studi ttg sejarah fotografi Indonesia.
    Kalau blh tanya fotonya diambil dimana dan siapa fotografernya dan sumbernya dari mana?
    terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk melihat sumber dari foto ini, saudara bisa tekan control+klik kiri. dari sana akan dapat alamat dari foto KAISAR HIROHITO.

      TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA DAN MOHON MAAF BARU BISA DIBALAS KARENA KESIBUKAN.

      sekali lagi TERIMA KASIH.

      Hapus
  2. Andai semua laki-laki seperti sang kaisar

    BalasHapus
  3. Andai semua laki-laki seperti sang kaisar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga @Anista Auria menemukan sosok yang setia.
      Terima kasih atas kunjungannya.
      Kiranya bisa menjadi inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

      Hapus