Di siang hari setelah pulang dari kerja, saya mendapat tugas dari opung boru (panggilan untuk nenek dalam bahasa batak) untuk berbelanja keperluan di warung. Setelah mencatat semua keperluan di sebuah kertas selembar, saya sudah membayangkan akan banyak barang yang akan saya bawa.
Tanpa pikir panjang saya pergi ke sebuah toko langganan dengan mengendarai sepeda motor "tua". Maklum sepeda motor saya sedang di bawa oleh orang tua untuk menghadiri pesta pernikahan. Setelah tiba di depan toko saya melihat seorang pria kurang lebih usianya 50 tahun sedang berbicara. Dan setelah saya mengamati-amati ternyata dia berbicara seorang diri. Saya kemudian mengambil kesimpulan bahwa orang ini sedang sakit jiwa/gila.
Kebetulan suasana toko sedang sepi jadi tidak ada kesulitan untuk menunggu antrean. Setelah saya menyebutkan barang-barang yang dibeli, bayangan saya tentang barang bawaan yang banyak terjadi. Akhirnya barang belanjaan itu saya susun di motor dan diikat dengan rapi. Sambil mengikat barang belanjaan di motor, saya melihat orang itu masih asik berbicara sendirian.
Setelah selesai menyusun barang belanja, "mimpi buruk" terjadi, saya kesulitan untuk keseimbangan sepeda motor karena barang belanja yang terlalu berat. Dalam hati saya berdoa supaya ada yang mau membantu saya. Saya melihat ada beberapa orang di depan toko tapi pura-pura tidak melihat kesulitan saya. Saya berusaha mengatur keseimbangan, ternyata orang sakit jiwa/gila (anggapan saya) datang menghampiri saya dan menolong saya untuk keseimbangan sepeda motor. Setelah keadaan sepeda motor seimbang, saya menghidupkan mesin dan mengucapkan terima kasih kepada orang yang sakit jiwa/gila (anggapan saya). Dalam perjalanan pulang saya merenung dan terus bertanya di dalam hati (ada yang tidak sakit jiwa/waras - tidak mau menolong tapi ada yang sakit jiwa/gila - mau menolong? Sebenarnya siapa yang sakit ya?)
Setelah selesai menyusun barang belanja, "mimpi buruk" terjadi, saya kesulitan untuk keseimbangan sepeda motor karena barang belanja yang terlalu berat. Dalam hati saya berdoa supaya ada yang mau membantu saya. Saya melihat ada beberapa orang di depan toko tapi pura-pura tidak melihat kesulitan saya. Saya berusaha mengatur keseimbangan, ternyata orang sakit jiwa/gila (anggapan saya) datang menghampiri saya dan menolong saya untuk keseimbangan sepeda motor. Setelah keadaan sepeda motor seimbang, saya menghidupkan mesin dan mengucapkan terima kasih kepada orang yang sakit jiwa/gila (anggapan saya). Dalam perjalanan pulang saya merenung dan terus bertanya di dalam hati (ada yang tidak sakit jiwa/waras - tidak mau menolong tapi ada yang sakit jiwa/gila - mau menolong? Sebenarnya siapa yang sakit ya?)
=================================================================================
Sumber: Pengalaman pribadi penulis Ronald TP. Sinaga U.
Sumber: Pengalaman pribadi penulis Ronald TP. Sinaga U.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar