Gambar: Ilustrasi |
Meski
Mark Twain rupa-rupanya terkesan melihat cara hidup istrinya, namun ia tidak
percaya dan tidak menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Meskipun demikian, di
tahun-tahun pertama pernikahan mereka, Mark Twain bisa mengucapkan doa berkat
di meja makan serta memimpin seluruh keluarga dalam ibadah bersama. Tetapi hal
semacam ini tidak bertahan lama, sebab lambat laun kehidupan Mark Twain yang
jauh dari Tuhan mulai menunjukkan pengaruhnya di dalam rumah tangga ini.
Akibatnya
si istri yang tadinya penuh kesungguhan dalam berbakti kepada Tuhan, lambat
laun menjadi luntur juga imannya. Kemudian, ketika keluarga ini berkali-kali
ditimpa kesukaran hidup, Mark Twain berkata kepada istrinya : ”Livy, apabila
engkau merasa bahwa berdoa dan membaca Alkitab dapat memberikan penghiburan di
dalam dirimu, aku sama sekali tidak keberatan engkau melakukannya.” Tetapi
istrinya berkata: “Suamiku, sekarang aku sudah tidak bisa lagi berdoa dan
membaca Alkitab. Oleh karena aku sudah benar-benar kehilangan imanku kepada
Tuhan."
Alkitab
tidak mendukung pernikahan dua orang yang berbeda kepercayaannya. II Korintus
6:14-15 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran
dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan
Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak
percaya?”
Dikutip dari buku Embun Surgawi, Pdt. Ishak Sugianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar