Ben adalah seorang penasihat raja yang bijaksana. Namun
wajahnya sangat buruk. Suatu hari, anak perempuan raja, sangat iri karena Ben
mendapat lebih banyak perhatian dari ayahnya daripada dia, Kemudian ia mencoba menghina Ben.
Gambar: Bejana Tanah Liat |
Maka dengan mengejek, gadis itu bertanya kepadanya, “jika
engkau bijaksana, tolong beri tahu saya mengapa Tuhan memilih menyimpan begitu
kebijaksanaan di dalam ‘bejana’ yang sedemikian sederhana.” Ben kemudian
bertanya kepadanya, “Apakah ayahmu mempunyai anggur?”
“Saya kira setiap orang di dunia tahu bahwa ayah saya
memiliki banyak anggur terbaik. Betapa bodohnya pertanyaan itu?”
“Tapi
menurutmu di mana dia menyimpan anggurnya?” tanya Ben.
“Loh? Tentu
saja di bejana tanah liat, jawab gadis itu dengan cepat.
“Tanah
liat?!” Ben tertawa terbahak-bahak seolah mengejek, sampai gadis itu berteriak
kepadanya dengan marah.
“Maaf, “
kata Ben, “tapi saya terkejut bahwa orang seagung ayahmu menggunakan bahan yang
sederhana itu. Petani pun menyimpan anggurnya di bejana tanah liat. Saya harap
anggur istana disimpan di dalam sesuatu yang lebih istimewa, seperti bejana
perak atau emas.” Dia lalu membungkuk dan meninggalkan perempuan muda itu.
Merasa
dipermalukan, dengan cepat putri raja itu pergi ke tempat penyimpanan anggur
dan memberi tahu pelayan agar mereka memindahkan semua anggur simpanan ke dalam
bejana emas atau perak.
Tak lama
sesudah itu, raja menjamu banyak orang dan memberikan angur terbaiknya. Para
tamu itu menghirip anggur dan wajah mereka berkerut. Anggur itu terasa asam.
Raja menjadi sangat marah dan memanggil pelayannya untuk meminta penjelasan.
Para pelayan yang ketakutan akhirnya menjelaskan parihal sang putri yang
memerintakan agar semua anggur dipindahkan dari bejana tanah liat ke bejana
emas dan perak. Mendengar itu tak ayal si putri raja mendapat teguran sangat
keras dari ayahnya.
Setelah
perjamuan usai, putri raja menangis dan pergi ke kamar Ben sembari berteriak,
“Mengapa engkau menipu saya sehingga saya memindahkan anggur dari bejana tanah
liat ke dalam bejana perak dan emas?”
“saya
sungguh menyesal, nak!” kata Ben, “tapi mungkin sekarang engkau mulai bisa
mengerti mengapa Tuhan lebih suka meletakkan kebijaksanaannya di dalam
tempat-tempat yang sederhana. Kebijaksanaan itu seperti anggur, disimpan di
dalam bejana sederhana.”
Sumber Tulisan: Victorius, Edisi 422, Desember 2007, hlm 10
Sumber Gambar Bejana Tanah Liat: www.gpdipamanukan.org.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar